Terpatri
pada Negeri
“Bayuuu,bangun
nak sudah adzan”. Suara lembut Rosita membuat Bayu tersadar dari lelap tidur
siangnya. Rosita adalah Ibunda Bayu yang merupakan mantan atlet karate
nasional. Bayu sejak masuk Sekolah Dasar sudah ditempa dengan latihan-latihan
rutin tiap hari oleh Ibundanya. Ya,Bayu kecil memang sudah disiapkan untuk
menjadi atlet nasional menggantikan Ibunya, Setiap sore Bayu rutin latihan
dibelakang rumah, “Perhatikan Kuda-kuda Bunda, hari ini kuda-kudanya harus
sempurna,kalau belum sempurna belum boleh istirahat “ tegas Ibunda. Bayu kecil
memang sudah memiliki bakat karate yang diwariskan dari DNA Ibunda, ditambah
dengan latihan rutin setiap hari. Bayu kecil sudah sering juara lomba karate
tingkat provinsi bahkan Nasional.
Nama
Bayu semakin dikenal seiring dengan prestasi yang sudah ditorehkannya dari
nomor cadet dan junior, Namanya sangat disegani khususnya untuk Provinsi Jawa
Barat, Pada tahun 2012 Bayu dipercaya PB FORKI Jawa Barat untuk mewakili daerah
dalam Kejuaraan Nasional di level U-21. Bayu bertanding melawan Karateka dari
seluruh Indonesia, Di final Bayu bertemu dengan Awan yang merupakan Karateka
wakil dari Lampung.Setelah mendapat perlawanan yang sangat sengit akhirnya Bayu
keluar sebagai pemenang pada Kerjurnas 2010.
Perjalanan
karir yang hampir sempurna untuk seorang atlet muda seperti Bayu, Berkat
kemenangan di Kejurnas akhirnya Bayu terpilih sebagai wakil Indonesia pada
Kejuaraan Karate Asia nomor Cadet tahun 2012, Selama 2 tahun waktu yang
dimiliki Bayu untuk mematangkan skill dan tekniknya untuk persiapan Kejuaraan
Asia, Berbagai pemusatan latihan dijalani oleh Bayu.Akhirnya waktu yang
ditunggu-tunggu datang. Bayu beserta rombongan datang ke Uzbekistan mengikuti
Kejuaraan Karate Asia. Babak Penyisihan dapat dilewati Bayu dengan sempurna,
Namun kejadian tak terduga dialami Bayu pada pertandingan perempat final
melawan karateka dari Jepang. Bayu menerima pukulan telak mengenai dagunya yang
membuat Bayu terpelanting. Pelatih dan medis berlari kearah Bayu yang tak sadarkan
diri dan langsung dilarikan kerumah sakit.
“Mohon
maaf Pak, Bayu tidak bisa melanjutkan pertandingan, Dia mengalami cedera leher
yang cukup serius, yaitu Whiplash Injury akibat gerakan leher secara tiba-tiba
yang melebihi gerak normal leher, Saya memperkirakan Bayu harus istirahat penuh
selama satu tahun”tegas dokter. Akhirnya setelah 2 hari Bayu tak sadarkan diri
mendapati gips pada lehernya.Setelah pelatih menceritakan cedera yang
dialaminya Bayu tidak dapat membendung air matanya, Dia menangis sejadi-jadinya,
khawatir akan karirnya sebagai atlet akan selesai diusia yang semuda ini.
3
hari kemudian Bayu beserta tim dipulangkan ke Indonesia, Cedera yang dialaminya
mengharuskan Bayu mengikuti terapi selama 6 bulan untuk pemulihan, Tim
fisioterapis dan keluarga memberikan support yang luar biasa, Hal itu cukup
memberikan suntikan semangat bagi Bayu untuk pulih total, Setelah berjalan 3
bulan Bayu merasakan hal yang janggal yaitu Dia merasakan lehernya tidak bisa
diluruskan seperti normal dan juga selama pemulihan ini tak ada satupun tim
pelatih atau pengurus besar karate yang datang menengoknya. Pikiran-pikiran
liar Bayu mulai muncul satu persatu dikepala.
“ Dok, kok leher saya gak bisa dilurusin?’
Tanya Bayu sendu.
“
Ia,sabar sebentar lagi bisa normal kok.” Jawabnya sambil tersenyum. Tak lama
setelah itu Dokter menatap Rosita sambil menjulurkan kepalanya kedepan memberi
kode untuk keluar ruangan. “ Ibu belum memberi tahu Bayu tentang
cederanya?”Tanya Dokter.”Belum Dok,Saya gaksanggup hati bilangnya” Bisik Rosita
lirih. Setelah beberapa hari kemudian, akhirnya Rosita berterus terang perihal
cedera yang dialami Bayu, Tulang leher Bayu mengalami dislokasi permanen
sehingga lehernya tidak bisa diluruskan kembali dan sulit untuk digerakkan,
Berita itu juga menegaskan bahwa karir atlet Bayu telah berakhir.
Hal
itu membuat Bayu sangat terpukul, Bayu sangat marah karena keadaan,merasa diri
tidak berguna, Hatinya pada saat hari itu hanya dipenuhi amarah dan penyesalan.
Terlebih karena jasanya sebagai atlet Nasional yang mengharumkan nama bangsa
yang tidak dianggap, Bayu merasa ditinggalkan oleh Negaranya, Merasa tidak
dihargai, Teriakan emosi dan mengurung diri adalah satu-satunya pelampiasan
Bayu. Jiwa Nasionalisme yang sangat kuat seperti yang dimiliki atlet dalam
sekejap telah lenyap dan berubah menjadi benci,tidak peduli bahkan Bayu
merencakan untuk mencari kerja diluar negeri dan melepas kewarganegaraannya.
Kekecewaan
Bayu sudah sangat menjadi-jadi, Bayu mengemas baju karatenya dan seluruh medali
yang Ia dapat dari kejuaraan karate, Bayu bergegas menuju Kemenpora untuk
mengembalikan seluruh penghargaan yang telah ia anggap sebagai penyesalan, Nostalgia
dan air mata kesedihan yang tertahan di mata yang mengiringi perjalanan Bayu, “
Prakkk, lamunan Bayu tiba-tiba terhenti karena motornya menabrak mobil
didepannya,kejadiannya tepat terjadi di depan gedung Kemenpora. Setelah
menabrak, Bayu terjatuh dan tertimpa motor dan baju serta medali-medali yang
dibawa oleh Bayu beberapa berhamburan keluar dari tote bag. Beberapa orang
turut membantu,termasuk pemilik mobil. Setelah turun dari mobil wanita ini
menjadi berubah menjadi pusat perhatian menggantikan Bayu yang sedang terjatuh,
Wanita itu adalah Susy Susanti, legenda bulutangkis Nasional yang sangat
dikenal dan dicintai masyarakat.
Bayu
hanya mendapati luka goresan di tangannya dan sedikit memar dituntun keruang
kesehatan Kemenpora. Sementara itu Susy Susanti mengambil dan merapikan medali
yang berserakan dijalan dan mengambilnya.
”Kamu
gak papa?” tanya Susy.
“
Ia gak apa cuma memar sedikit,Saya mohon maaf Bu Susy saya melamun dan gak liat
jalan” jawab Bayu sambil meraih tangan Susy Susanti
“
Ini medali dan bajunya, Medalinya banyak banget,Kamu pasti atlet hebat ya, mau
dibawa kemana medalinya? “tanya Susi
Pertanyaan
itu membuat Bayu menceritakan semuanya,mulai dari kejayaan karirnya sampai
kekecewaan yang mendalam yang dialaminya,Hal itu Bayu luapkan didepan legenda
bulutangkis Nasional Susy Susanti.
Setelah
Bayu selesai dengan cerita kekecewaannya Susy tersenyum dalam penuh makna
kepada Bayu dan berkata.
“Dulu
Mei 1998, Saya membela Indonesia di Hongkong pada ajang Piala Uber, Keluarga saya
terancam, rumah saya hancur pada kerusuhan itu padahal Saya sedang membawa Nama
Indonesia didada, Kita sudah berjuang,itu membuat Kita lebih Nasionalis
dibandingkan orang yang teriak cinta Indonesia tapi tak pernah berbuat apapun
untuk Negara, Saya bangga sama kamu Bayu, Indonesia butuh orang seperti kamu”.
Mendengar
cerita Susy membuat Bayu tak tahan menahan air mata, Bayu menangis sejadi-jadinya,
Bayu merasa malu kepada Susy karena dengan mudahnya kehilangan cintanya kepada
Negeri. Pada hari itu jiwa Nasionalisme Bayu bangkit kembali seperti dahulu
bahkan lebih tinggi,Rasa bangga menjadi warga Indonesia selalu terselip disalah
satu ruang dihatinya. Tahun demi tahun terlewati, tibalah tahun 2018 dimana
Indonesia menjadi Tuan Rumah Asian Games, Momen langka itu tidak disia-siakan
oleh Bayu sebagai bentuk cinta dan bangganya pada Indonesia, Bayu mendaftarkan
diri sebagai relawan Asian Games 2018, karena menurutnya membantu negerimu
dalam hal sekecil apapun merupakan bentuk cintamu pada negeri ini.